Kandang Closed House secara harfiah adalah kandang tertutup. Tetapi, tidak sekadar itu saja. Kandang closed house ideal dibuat sedemikian rupa sehingga lingkungan di dalam kandang optimum untuk pertumbuhan ayam.
Menurut Boedi Poerwanto, Deputy Poultry Director PT. Sierad Produce, modifikasi kandang adalah penting dan bertujuan menyelamatkan peternak. Aplikasi teknologi ini membuat ayam dan lingkungan nyaman. Apalagi cuaca semakin ekstrim dan lahan peternakan semakin bersaing dengan pemukiman.
Namun yang terpenting dari modifikasi kandang adalah proses menuju Closed House Ideal. “Ya, seperti investasi setahap demi setahap menuju Closed House Ideal yang sesungguhnya“, katanya. Dengan kalkulasinya, Boedi yakin modifikasi kandang yang di dalamnya ada sentuhan teknologi dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Modifikasi kandang, lanjut Boedi, setahap demi setahap mengarah ke Full Closed House Ideal. Meski demikian, peternak cenderung melihat nominal investasi yang besar, ketimbang hasil yang akan diperoleh.
Boedi menerangkan, komponen penting yang harus dimodifikasi dan diberi sentuhan teknologi, adalah sistem ventilasi. Sebab ventilasi dapat memengaruhi tingkat kepadatan ayam dalam kandang. Ventilasi harus dibuat sedemikian rupa, agar stress panas dapat dicegah.
Boedi menegaskan, tujuan utama sistem ventilasi adalah memberikan kenyamanan pada ayam yang dipelihara. Ventilasi tidak selalu bisa memberikan kenyamanan. Apakah ventilasi bisa menyediakan suhu tertentu secara konstan dalam 24 jam? Nyatanya tidak setiap saat ada hembusan angin. Bila ada, kecepatan angin belum tentu sesuai. Ini akan berpengaruh pada suhu dan kelembaban dalam kandang. “Memenuhi zona nyaman ayam adalah prioritas, sementara sistem pemberian pakan dan air minumadalah pelengkap“, ujarnya.
Closed House adalah kandang tertutup, tetapi tidak sekadar itu. Banyak hal-hal penting yang harus diperhatikan agar Closed House berjalan dengan maksimal. Boedi mengatakan, sejak mengenal closed house tahun 1997-an, banyak hal yang ia perhalikan.
“Masih banyak yang beranggapan bahwa kadang terbuka lalu ditutup sudah dikatakan Closed House. Padahal tidak sekadar itu. Kadangkala, tempat yang sudah tidak digunakan, bahkan gudang dijadikan kandang untuk ayam. Akhirnya lebar dan panjang kandang tidak sesuai dengan semestinya“, ujar Boedi. 12m x 120m sudah barang tentu melalui penelitian yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, peternak di Indonesia sendiri mengharapkan kandang yang bisa melebihi itu.
“Memang ada efisiensi di sini, tetapi bagaimana dengan kecepatan angin di dalam kandang ?. Semakin lebar, luas penampangnya semakin luas, ini berarti membutuhkan kipas yang banyak. Namun, dengan semakin lebar, tidak menjamin kecepatan angin sama, justru semakin tidak baik. tidak rata“, akunya.
Terlebih, kelembaban pada Closed House Ideal harus mencapal 55%, sementara kelembaban di Indonesia lebih dari itu. Sehingga muncul ide minimum ventilation, bagaimana udara panas dan kelembaban bisa lebih cepat keluar. Dari sisi temperatur, apalagi tidak menggunakan cooling pad, panas tidak akan bisa turun. Tetapi, menggunakan cooling pad juga tidak menjamin aman, karena harus tahu cara-caranya. Ujung-ujungnya semua kembali kepada manusianya. Pegawai maupun anak kandang harus dididik. Kebanyakan kegagalan, umumnya karena mempunyai SDM yang tidak paham.
Menurutnya, Closed House diperlukan di Indonesia. Masalah yang sering dihadapi mitra-mitra peternak dengan kandang terbuka adalah mati angin, bahkan ada yang membangun kandang di tengah sawah. Padahal di tengah sawah pun tidak menjamin angin akan terus ada. Saat ini eranya Closed House, namun Closed House yang benar dan Closed House Ideal.
Sementara itu, Parlindungan Siahaan, Area Head Production PT. Multi Sarana Pakanindo mengungkapkan bahwa pada dasarnya kandang Closed House adalah kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga lingkungan di dalam kandang optimum untuk pertumbuhan ayam. Caranya adalah dengan meningkatkan ventilasi sehingga memberikan kenyamanan kepada ayam dengan sendirinya density atau kepadatan bisa bertambah, kesehatan ayam lebih baik, dan lingkungan juga menjadi tidak terganggu.
“Terdapat liga tipe Closed House dilihat dari arah pergerakan udara di dalam kandang yaitu tipe tunnel, cross, dan transisi. Tipe tunnel merupakan tipe Closed House yang paling banyak digunakan di Indonesia“, terang Parlindungan. Secara sederhana tipe tunnel digambarkan sebagai suatu sistem di mana udara yang masuk melalui inlet di bagian depan kandang ditarik ke belakang dengan bantuan kipas.
Tipe tunnel sendiri masih dibedakan menjadi dua yaitu tipe tunnel yang menggunakan cooling pad atau biasa juga disebut sistem Full Closed House dan tipe tunnel yang tidak menggunakan cooling pad atau sering disebut Semi Closed House. Umumnya, sambungnya, kandang Closed House yang tidak menggunakan cooling pad adalah kandang yang dimodifikasi dari kandang open karena terkadang terkendala pada konstruksi bangunannya. Cooling pad sendiri sebenarnya jarang digunakan di Indonesia, terutama di daerah dingin seperti Bogor karena cooling pad membuat kelembaban dalam kandang tinggi.
Tetapi di daerah yang kelembabannya tidak terlalu tinggi seperti daerah Pantura dianjurkan untuk menggunakan cooling pad. Selain itu, cooling pad juga harganya mahal, sehingga terkadang peternak memllih untuk tidak menggunakan cooling pad untuk menghemat biaya. “Tetapi idealnya harus ada, sehingga saat dibutuhkan bisa langsung digunakan“, ujarnya.
Tipe kandang Closed House Ideal adalah kombinasi tipe cross dan tunnel. Menurut Slamet Muryo, Poultry Integration West Java PT. Multi Sarana Pakanindo, tipe cross digunakan saat brooding, sedangkan tipe tunnel digunakan saat ayam sudah besar. Tipe cross digunakan pada saat brooding bertujuan untuk menghindarkan ayam kecil terkena angin langsung dan menjaga kualitas oksigen yang masuk ke kandang. Seiring dengan pertumbuhan ayam, kecepatan angin dengan menggunakan tipe cross kurang sehingga beralihlah ke tipe tunnel. Untuk tipe transisi biasanya banyak digunakan di Eropa yang merupakan daerah dingin, untuk daerah tropis lebih cocok digunakan tipe cross yang dikombinasikan dengan tipe tunnel.
Sementara untuk peralatan di dalam kandang yang dibutuhkan oleh sebuah antara lain kipas, alatpengatur suhu, cooling pad (optional), pemanas untuk brooding, bisa gasolek atau heater. “Untuk Closed House Ideal temperaturnya adalah temperatur ruangan, karena heater diletakkan di ujung berlawanan dengan kipas sehingga udara panas ditarik oleh kipas jadi bisa menyebar ke seluruh kandang. Kalau gasolek cenderung spot-spot tertentu saja“, akunya.
Selain itu, lanjutnya, heater sistemnya otomatis sehingga bisa lebih menghemat penggunaan gas. Dengan gas gasolek 1 tabung gas 50 kg hanya untuk 1000 ekor, sedangkan dengan heater 1 tabung gas 50 kg bisa untuk 2500 ekor. Selain itu diperlukan juga tirai yang rapat dan lampu yang benar-benar uniform. Kalau tempat pakan masih bisa digunakan yang manual, tetapi kalau tempat minum harus nipple. Ini untuk menghindari air tumpah sehingga litter menjadi basah dan membuat kelembaban di dalam kandang menjadi tinggi.
“Tetapi yang full automatic lebih menguntungkan. karena hambatan udara di dalam kandang berkurang dibandingkan dengan memakai tempat pakan dan minum manual. Sehingga kerja kipas bisa lebih efisien. Anak kandang juga bisa bekerja dengan lebih nyaman, ayamnya juga tidak terganggu. dan biosekuritinya juga lebih terjaga. Performa ayam yang dicapai dikandang Closed House rata-rata mortalitas ≤ 3%, FCR ± 1.5, IP diatas 300“, ungkapnya.
Slamet mengatakan, standar kandang Closed House Ideal sendiri biasanya menggunakan populasi 20.000 ekor, dengan ukuran kandang lebar 12 meter dan panjang 120 meter, dengan arah sebaiknya tetap timur-barat Hal ini dikarenakan walaupun kandang sudah tertutup, panas matahari tetap akan berpengaruh ke dalam kandang. Untuk jumlah kipas disesuaikan dengan ukuran kandang dan ukuran panen ayam. Ukuran panen 1,6-1,7 kg, 7 kipas cukup, tapi kalau 1,8-2 kg harus 8 buah. Sementara itu lebar inlet untuk masuknya udara harus disesuaikan dengan jumlah kipas dan ukuran kandang. Jika ukuran lebar kandang adalah 12 meter dengan tinggi kandang 2,2 meter, maka lebar inletnya adalah 26,4 m² dengan jumlah kipas 7 buah.
Untuk kandang modifikasi dari Open ke Closed biaya yang ditambahkan jauh lebih efisien dibandingkan dengan membuat kandang baru. Tetapi kandang Open yang mau dimodifikasi menjadi kandang Closed jangan melupakan masalah konstruksi bangunan. “Konstruksi harus kuat karena setelah diubah jadi Closed semua lubang ventilasi ditutup sehingga jika ada hantaman angin dari sisi kandang, angin tidak bisa lewat sehingga jika konstruksi tidak kuat kandang bisa rubuh“, terang Adisak.
Pembangunan kandang Closed House baru dengan ukuran standar 12 x 120 meter lengkap dengan peralatannya menghabiskan dana kurang lebih 1,7-2 miliar rupiah. Sedangkan untuk modifikasi tergantung equipment yg digunakan. Kalau konstruksinya besi kandang bisa tahan sampai 20 tahun, sedangkan jika menggunakan kayu yang kualitasnya baik bisa sampai 15 tahun. “Dengan besaran Investasi ini dengan perkiraan harga ayam normal maka diperkirakan BEP akan tercapai dalam waktu kurang lebih tiga tahun. Sementara untuk efisiensi biaya menurut Adisak dengan menggunakan kandang Closed House bisa menghemat biaya hingga Rp. 500/ekor dibandingkan dengan kandang open“, tambahnya.
Closed House Terbesar
Di Pare, Kediri Jawa Timur terdapat Closed House berukuran kandang 16 m x 126 m (2.015 m² ), tiga lantai. Closed House ini secara nasional berskala terbesar untuk kandang ayam pedaging dan terbaik dengan kontruksi baja. Kapasitasnya, untuk satu kandang mencapai 80-90 ribu ekor. Jadi Closed House Ideal terbesar dan terbaik nasional sekarang posisinya dipegang Jawa Timur.
Demikian yang dikatakan, Dhanang yang bertemu pula dengan PI di Indo Livestock Expo & Forum 2013 di Nusa Bali belum lama ini. Sementara, katanya, Closed House terbesar yang berada di Jawa Tengah berukuran 24 m x 74 m (1.800 m²), berlantai tiga. Sedangkan untuk di Jawa Barat yakni di Cirebon, berukuran 16 m x 105 m (1.680 m²), juga berlantai tiga.
Pada Indo Livestock 2013, cerita Dhanang, perusahaannya mengundang pelanggan Closed House. Salah satu pelanggannya mempunyai kandang 18 m x 70 m (1.260 m²), dan saat pameran itu pelanggan tersebut menambah lagi ukuran 12 m x 120 m (1.440 m²). Desain kandang yang digunakan di mana lantai satu tanpa sekam, sementara lantai dua menggunakan sekam. “Kandang tanpa sekam sudah full automatic termasuk pengambilan kotorannya. Jadi, kita memang selalu menciptakan inovasi baru untuk kemajuan bidang peternakan nasional“, ungkapnya.
Menurut Dhanang, kebanyakan orang berpikir bahwa Closed House Ideal hanya berukuran 12 m x 120 m saja. Selama ini, dia mengaku selalu menyarankan untuk tidak tanggung-tanggung karena tujuannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
PI pernah menjumpai peternakan kandang tertutup di daerah Sugiyo, Lamongan, Jawa Timur, yang temyata merupakan pelanggan Dhanang juga. Dikonfirmasi kepada Dhanang mengenai jenis Closed House Ideal ini, dia mengatakan, di sini kalau membicarakan Closed House Ideal harus diperjelas dulu, ada Closed House yang sudah menganut sistem otomatis dan ada yang belum. Kedua jenis ini berbeda, di mana yang otomatis hasilnya benar-benar bisa maksimal.
Ada peternakan yang semi Closed House mengaku Closed House. Oleh sebab itu mengenai jenis ini, harus benar-benar jeli. Dhanang menangani Closed House yang full automatic. “Jika bicara Closed House, harus benar-benar diidentifikasi apakah sistemnya bahkan sampai ke dalamnya, karena meskipun sama-sama Closed House perbedaannya sangat besar“, akunya.
Kaitannya jelas dengan produksi. Dhanang mengatakan ini sudah diarahkan agar peternak betul-betul dapat mencapai hasil maksimal dengan investasi yang mungkin hanya selisih 25% lebih mahal, tetapi hasilnya jauh lebih maksimal, dan sangat berbeda.
Perbedaan dengan kompetitor, menurutnya perusahaannya tidak hanya menjual alat tetapi pelanggan juga dididik. Bila peternak mau membuat kandang Closed House, kita didik dulu. Tenaga kerja kandang pun dididik dan diturunkan di kandang yang sudah ada, termasuk di situ ada alih teknologi.
“Sebisa mungkin, anak kandang diberikan teknologi Closed House, termasuk sistem cara kerja alat. Dengan demikian, transfer ilmu dan teknologi ke anak kandang atau bagian teknik bisa masuk. Sehingga, kalaupun ada masalah, mereka harus mengatasinya terlebih dahulu“, ujarnya. Dan karena kandang kita banyak. ianjutnya, kita tidak bisa langsung turun setiap ada masalah. Maka dari itu, transfer ilmu dan teknologi ke anak kandang penting. Bila mereka tidak bisa mengatasinya, baru menghubungi kita.
Tidak hanya masalah alat, sparepart pun kita selalu siap. Baginya, bisnis Closed House Sierad bukan hanya alat, kontruksinya pun punya rekanan. Hal ini bertujuan, agar pelanggan tidak pusing, mau membuat kandang tiga lantai dalam waktu 3-4 bulan dapat dilakukan. Pilihan kontruksi baja misalnya, mau pilih yang mana, yang menurut klien paling cocok dengan karakter peternakannya.
Kandang Tanpa Sekam
Kandang tanpa sekam, hampir mirip dengan yang diterapkan pada breeding farm. Alas kandang menggunakan slot, dengan pengeruk kotoran otomatis, sehingga ayam tidak akan terkontak langsung dengan kotoran. “Keuntungan lainnya, lebih hemat biaya, karena peternak tidak perlu belanja sekam“, katanya.
Kotoran ini akan bernilai ekonomi lebih tinggi karena mumi tanpa tercampur sekam. “Kita sudah menyiapkan pabrikasi yang menerima kotoran untuk produksi pupuk organik. Seperti kotoran ayam petelur, murni tanpa sekam. Selain itu, kita punya sistem baru lagi, misalnya digunakan GRV seperti tripleks yang tipis untuk lantai kandang. Kita ingin memberikan sesuatu yang mudah, cepat dan gampang untuk form karena investasi klien tidak sedikit. Dari pengalaman kita sebelumnya kalau peternak mengerjakan kandang sendiri bisa 8-9 bulan baru selesai. Dengan rekanan kita, mau mendirikan kandang 90 ribu ekor dalam 3-4 bulan selesai“, ungkapnya.
Menurutnya, satu kemajuan bahwa klien berinvestasl besar akan secepatnya mendapat hasil. “Jika mereka denqan cara lain, 9 bulan baru selesai, menggunakan uang pinjaman dari bank, segala macam tingkat kerugiannya bisa sangat tinggi. Maka dari itu. kita berusaha memberikan yang terbaik dan tercepat“, tegasnya.
Semua tak lepas dari dukungan pimpinan. “Pimpinan support penuh dengan ide kami, dengan apa yang kami lakukan pada ternak membuat ini lebih cepat. Bayangkan kalau pimpinan tidak support. Bahkan ini juga memperlambat”, pungkas Dhanang kepada PI.
Sumber : Trobos, Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar