Kita, termasuk saya mungkin sangat meremehkan khasiat dari obat herbal. Padahal ternyata kalau diteliti, obat herbal ini manfaatnya tidak kalah dengan obat – obatan kimia.
Hanya saja, karena penelitian tentang ini masih sangat sedikit jadi penggunaannya masih belum maksimal.
Akan tetapi itu memang wajar. Penelitian membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Kalau harus dilakukan perorangan dan tidak ada sumber pendanaan yang pasti, ini berat.
Selama ini penelitian – penelitian yang ada sifatnya tidak berkesinambungan. Jadi belum ada hasil atau output yang langsung bisa dipraktekkan atau ditiru oleh kalangan bawah.
Kalau harus coba – coba, ini sangat berisiko. Apalagi kalau coba – cobanya di usaha ternak yang diharapkan sekali hasilnya.
Kenapa saya katakan berisiko?
Meskipun mencoba menggunakan herbal banyak yang mendapat efek positifnya, tetap penggunaannya harus terukur.
Biasanya, kalau digunakan dalam jumlah sedikit hasilnya bagus, kebanyakan logika yang digunakan adalah semakin banyak hasilnya semakin bagus.
Ini logika yang tidak selalu benar.
Meskipun herbal, meskipun aman, herbal tetap memiliki kandungan antinutrisi. Kalau ada antinutrisi, berarti ada batas maksimal dalam penggunaannya.
Kalau antinutrisi ini masuk ke tubuh ternak dalam jumlah yang banyak, performa produksinya bisa menurun.
Riset untuk mencari jumlah yang paling optimal inilah yang membuatnya menjadi menyita banyak waktu dan biaya.
Apa itu sambiloto?
Sambiloto adalah termasuk tanaman herbal. Gambar tanamannya seperti gambar di atas.
Kalau kurang jelas, saya tambah gambarnya lagi.
Masih kurang jelas, ini ada foto yang pasti bisa memperjelasnya.
Gambar diatas adalah foto dari buahnya sambiloto. Kalau Anda lahir di tahun 80 – 90 an, pasti waktu kecil sering bermain dengan tanaman ini.
Waktu kecil saya sering menggunakannya untuk bermain granat – granatan. Dimasukkan ke mulut selama 3 detik, kemudian dilempar dan dan akhirnya meledak.
Itu adalah penjelasan tanaman sambiloto dari saya. Sederhana dan menurut saya paling mudah dimengerti.
Kalau mau lihat penjelasannya yang lebih resmi, silahkan baca link ini saja.
Mungkin dibeberapa wilayah menyebutnya dengan nama lain. Ada yang menyebutnya dengan sambiroto, bidara, sandiloto, takilo, paitan, sambilata, ki oray, takila dan ki peurat.
Tanaman ini hampir tersebar merata di wilayah Indonesia. Jadi, kayaknya kita tidak akan kesulitan untuk menemukan tanaman herbal yang satu ini.
Ok, sekarang kita lanjut ke manfaat dari tanaman ini.
Manfaat sambiloto
Sebagai tanaman herbal, sambiloto memiliki manfaat yang sangat banyak.
Karena sudah dikenal sejak lama dalam pengobatan tradisional, penggunannya rebutan untuk mengobati penyakit pada manusia ketimbang pada ternak.
Bahkan di salah satu blog ada yang menyebutkan kalau manfaat dari sambiloto ini bisa sampai ratusan manfaat. Hmmm…semoga saja benar. Kalau memang benar, ini merupakan suatu kabar gembira.
Yang jelas, sedikit dari manfaat daun sambiloto yang sangat penting dalam pengobatan adalah sebagi berikut.
Sambiloto untuk obat malaria
Seperti yang belum lama ini telah diterbikan oleh sains kompas, kandungan bahan aktif dalam sambiloto dapat membantu untuk menyembuhkan penyakit malaria.
Bahan aktif tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa melawan penyakit malaria ini.
Selain itu, sambiloto juga bisa berfungsi sebagai berikut:
Menyembuhkan penyakit flu dan pilek.
Membantu mencegah dan menyembuhkan penyakit jantung.
Membantu mencegah diabetes.
Menyembuhkan infeksi dan
Mengatasi masalah pada sistem pencernaan.
Kalau untuk ternak, penggunaan sambiloto menjadi lebih spesifik atau lebih sempit.
Kandungan bahan aktif dalam daun sambiloto dapat berperan sebagai antibiotik alami pada ternak.
Selain sebagai antibiotik, penggunaan daun sambiloto pada ayam petelur juga bisa meningkatkan produksinya.
Untuk antibiotik alami, sebenarnya tidak hanya sambiloto yang bisa digunakan. Seperti pada artikel sebelumnya, daun pepaya juga bisa.
Silahkan baca artikel ini kalau ingin tahu.
Akan tetapi produksinya bukan produksi telurnya yang lebih banyak, melainkan pada konversi pakannya. Akan saya uraikan lebih banyak pada bagian bawah artikel ini.
Kandungan bahan aktif sambiloto
Khasiat dari sambiloto tidak lain adalah karena kandungan bahan aktif yang dikandungnya.
Dari beberapa sumber referensi, kandungan bahan aktif dari sambiloto adalah sebagai berikut.
Flavanoid dalam dunia pengobatan dapat berfungsi sebagai antioksidan, mengurangi pembekuan darah dan menghambat perkembangan parasit.
Andrografolid dan neoandrografolid rasanya sangat pahit. Ia mengandung mineral seperti kalium dan dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Selain itu Andrografolid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Neoandrografolid dan dehydro andrografolid dapat berfungsi untuk menurunkan demam karena infeksi bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgaris, dan Shigella dysenteriae.
3 . Saponin
4. Tanin
Sambiloto untuk ayam petelur.
Dengan kandungan bahan aktif yang banyak tersebut, sepertinya sambiloto bagus kalau untuk ternak.
Bisa jadi nanti ada penelitian yang menggunakan tanaman ini untuk sapi, kambing, kerbau, domba, itik, ayam dan seterusnya.
Karena pada artikel ini, sambiloto akan digunakan khusus untuk ayam petelur.
Harapannya adalah supaya sambiloto ini bisa membuat produktifitas ayam petelur menjadi lebih baik. Akan tetapi produktifitas dalam arti luas.
Produktifitas tidak melulu produksi telur kan? Bisa jadi tingkat kematiannya rendah, produksi telurnya stabil, ayam nya sehat atau konversi ransumnya lebih irit dan efektif.
Untuk bisa menggunakannya, akan lebih efektif kalau sambiloto diberikan dalam bentuk ekstrak cair. Kalau kurang familiar dengan istilah tersebut, anggap saja ekstraknya dengan rebusan air tanaman sambiloto.
Cara membuat ekstrak cair dari sambiloto adalah seperti ini.
1 . Sediakan tanaman sambiloto yang sudah kering. Kita bisa mencarinya sendiri kemudian menjemurnya atau tinggal beli di penjual jamu di toko atau pasar. Bagian tanaman yang bisa digunakan adalah batang dan daunnya.
2 . Rebus sambiloto dengan air. Untuk 15 gram sambiloto kering, tambahkan 2 liter air. Rebus selama 5 menit.
3 . Setelah direbus, dinginkan. Kalau mau lebih mantap lagi, rebus sampai air rebusan tinggal 1,5 liter.
4 . Pemberian air rebusan daun dan batang sambiloto adalah sehari sekali. Yaitu pada waktu pagi hari.
Penelitian rebusan daun dan batang sambiloto untuk ayam petelur
Penelitian ini menggunakan ayam petelur sebanyak 36 ekor. Tidak terlalu banyak memang. 36 ekor ini masih dibagi lagi menjadi 4 kelompok.
Kelompok pertama, ayam petelur tidak diberi air rebusan daun dan batang sambiloto.
Kelompok kedua, ketiga dan keempat, masing – masing diberi air rebusan daun dan batang sambiloto sebanyak 7,5 ml, 15 ml dan 22,5 ml.
Pengujian ini dilakukan selama 7 minggu. Selama itu, hasil yang bisa kita lihat dari penelitiannya adalah seperti ini.
Perlu saya sampaikan lagi bahwa penelitian ini menggunakan ayam petelur dengan jumlah yang sedikit, yaitu 36 ekor totalnya.
Hasilnya adalah,
Konsumsi ransum, konsumsi minum dan berat telur tidak mengalami masalah. Meskipun angkanya sedikit berbeda, namun masih dalam batas toleransi.
Berbeda halnya dengan produksi telurnya. Ada perbedaan hasil yang cukup lumayan.
Ayam petelur yang diberi air rebusan daun dan batang sambiloto sebanyak 15 ml, menunjukkan produksi telur yang paling tinggi.
Karena produksi telurnya tinggi, maka konversi ransumnya menjadi paling sedikit.
Seperti itulah kira – kira hasilnya. Jumlah air rebusan yang paling optimal adalah sebanyak 15 ml per ekor per hari. Menurut hasil dari penelitian ini.
Tapi menurut saya penelitian ini masih perlu pengembangan yang lebih jauh lagi. Misalnya jumlah ayam petelurnya diperbanyak.
Karena pengkondisian jumlah ayam yang sedikit dengan jumlah ayam yang banyak sangat berbeda. Jadi, bisa jadi hasil yang diperoleh dari penelitian, belum tentu memberikan hasil yang sama untuk jumlah ternak yang banyak.
Ok, saya kira cukup sekian untuk artikel ini. Semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat.
Sampai jumpa lagi minggu depan.
OLEH
Referensi
[1] Wanti, Anjar Pamungkas. 2004. Performans Ayam Petelur Umur 33 – 44 Minggu yang Diberi Air Rebusan Daun dan Batang Sambiloto (Andrographis paniculata nees) Sebagai Imbuhan Pakan. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor.
[2] Nababan, Boy Mangapul. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat, Diberikan Sebelum dan Sesudah Infeksi Eimeria tenella Terhadap Produksi Ookista Pada Tinja Ayam. Fakultas Kedokteran Hewan Institute Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar