Pakan ayam petelur
Pakan ayam petelur adalah konsentrat, jagung dan dedak padi. Itu standarnya.
Kenapa itu bisa menjadi standard? Karena sebagian besar peternak ayam petelur menggunakan itu sebagai pakannya.
Dari pabrikan besar juga merekomendasikan dengan pakan seperti itu.
Terlepas dari supaya konsentratnya supaya laku atau ndak, memang kenyatannya pakan itulah yang sampai saat itu cukup ekonomis dan efisien.
Kalau menggunakan jagung dan dedak padi, kita bisa sedikit menekan biaya pakan. Paling tidak kita bisa mencari suplier jagung dan dedak yang harganya sedikit lebih murah.
Meskipun harga dedak dan jagung juga kadang naik turun, negosiasi lebih mudah dilakukan.
Seperti jagung misalnya. Harga jagung butiran dan harga jagung pecah (sudah selep) harganya ada sedikit perbedaan.
Tapi kalau kebutuhan jagung kita banyak, lebih hemat kalau kita investasi membeli selepan di awal.
Ini lebih menguntungkan untuk jangka panjangnya.
Untuk dedak padi, kita tidak bisa menyetok dalam jumlah yang terlalu banyak. Karena kalau lama tersimpan, kualitasnya akan menurun.
Dedak akan menjadi tengik dan berjamur.
Kalau mau menggunakan pakan komplit siap pakai juga bisa. Tapi sepertinya biaya per kg nya menjadi lebih mahal.
Misalnya dari produk japfa comfeed merknya Par L I. Ini untuk fase layer. Kalau harganya, informasinya masih belum diperoleh.
Spesifikasi dari pakan ini adalah sebagai berikut.
Jenis pakan ayam petelur
Jenisnya pakan petelur ya itu tadi, seperti yang sudah saya tulis di atas. Pakan ayam petelur bisa menggunakan pakan jadi atau semi racikan sendiri.
Kalau pakan jadi bisa pakai produk di atas. Kalau semi racikan sendiri bisa menggunakan konsentrat ayam petelur, jagung dan dedak.
Kalau mau meracik konsentrat sendiri, silahkan. Berarti harus mendatangkan bahan – bahannya.
Silahkan baca artikel yang satu ini. Sepertinya bisa dijadikan sebagai rujukan untuk meramu bahannya.
Kalau konsentrat itu harus ditambah atau dicampur dengan bahan lain. Seperti jagung dan dedak misalnya.
Hal ini karena kandungan nutrisi dari konsentrat masih sangat tinggi. Kalau dipaksa diberikan langsung, bisa asidosis.
Misalnya konsentrat ayam petelur CP 124 dari phokpand, kandungan nutrisinya seperti ini.
CRUDE PROTEIN : 30-32%.
LEMAK : 3-5%.
SERAT KASAR : 6-8%.
Ca : 3-4%
P : 1-1,5%.
AIR : 13%.
ME : 2500 Kcal/kg.
Kandungan nutrisi jagung :
CRUDE PROTEIN : 9%.
LEMAK : 4,1%.
SERAT KASAR : 2,2%.
Ca : 0,02%.
P 0,29%.
ME : 3360 Kcal/kg.
AIR : 10-13%.
kandungan nutrisi dedak padi[1]:
CRUDE PROTEIN : 12,9%.
LEMAK : 13 %.
SERAT KASAR : 11,4%.
Ca : 0,07%.
P : 0,21%.
ME : 2100 Kcal/kg.
AIR : 11,7%.
Komposisi dari ransum yang pake konsentrat adalah konsentrat 35 %, jagung 50% dan dedak padinya 15%.
Misalnya kita mau buat pakan sebanyak 10 kg. Maka konsentratnya berarti 3,5 kg, jagungnya 5 kg dan dedak padinya 1,5 kg.
Dengan nutrisi seperti di atas, setelah saya hitung kandungan nutrisinya adalah sebagai berikut.
Protein kasar 17,29%.
Lemak kasar 5,4 %.
Serat Kasar 5,26%.
Ca 1,25%.
P 0,712%.
ME 2870 Kcal/kg.
Secara hitungan di atas kertas, nilai nutrisi dari pakan di atas sudah memenuhi standar. Kecuali untuk mineral Kalsium dan forfornya.
Kalsium dan forfor ini bisa ditambah dengan mineral mix untuk unggas. Biasanya per 100 kg ditambah 1 kg mineral mix tersebut.
Biaya pakan ayam petelur di atas jadi berapa?
Sekarang kita bisa menghitung berapa biaya pakan untuk perkilonya.
Misalnya, harga konsentrat dari Japfa 1 karung dengan berat 50 kg harganya 375.000 ribu.
Maka harga perkilo konsentrat adalah 375.000/50 = 7500 rupiah perkilo.
Harga jagung sudah selep per kgnya 3500 rupiah dan harga dedak padi per kgnya 3000.
Untuk 10 kg pakan, kita butuh:
Konsentrat 3,5 kg x 7500 = 26.250
Jagung 5 kg x 3500 = 17.500
Dedak padi 1,5 kg x 3000 = 4500
Total biaya untuk 10 kg adalah 26.250 + 17.500 + 4500 = 48.250 rupiah. Harga per kg nya menjadi 4.825 rupiah per kg.
Pakan alternatif ayam petelur
Apakah pakan alternatif ayam petelur yang Anda maksudkan adalah pakan selain pakan komplit?
Kalau iya, berarti pakan dengan komposisi konsentrat, jagung dan dedak padi adalah termasuk alternatifnya.
Kalau yang diinginkan adalah alternatifnya tersebut, berarti harus membuat pakan sendiri.
Kalau menurut saya tidak usah. Pakan dengan konsentrat, dedak dan jagung itu sudah bagus.
Komposisi ransum tersebut sudah melalui banyak uji coba dan hasilnya sudah terbukti.
Kalau harus meramu ransum ayam petelur sendiri, maka kita akan melalui proses yang cukup panjang.
Pertama proses untuk mendatangkan bahan dan bisa digunakan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Kalau harus import, berarti kita harus berurusan dengan administrasi perpajakan.
Seandainya hanya mengandalkan bahan baku lokal, kualitasnya belum bisa menyaingi konsentrat yang sekarang ini sudah banyak beredar.
Kedua, kita harus menentukan formula yang pas supaya produksi ayam menjadi optimal.
Ketiga, kita harus menjaga kualitas pakan ramuan supaya tidak tercemar dengan jamur.
Keempat, kalau ditengah jalan stok bahan pakan tidak mencukupi, ganti pakan secara mendadak bisa mempengaruhi produksi telur.
Alternatifnya adalah kita tetap menggunakan bahan konsentrat, jagung dan dedak.
Supaya lebih bisa berhemat, kita ganti sebagian bahannya dengan bahan lokal yang cukup berkualitas.
Karena itu tujuannya bukan, kenapa kita cari paka alternatif.
Bisa jadi bahan lokal yang bisa digunakan adalah daun kelor. Selain itu, salah satu bahan difermentasi supaya penggunannya dalam ransum bisa lebih banyak.
Seperti dedak padi yang difermentasi. Kalau tidak difermentasi, penggunaannya paling sebanyak 15%.
Tapi setelah difermentasi, mungkin penggunaannya bisa lebih banyak. Misalnya menjadi 20%. Kalau bisa lebih, malah bisa lebih hemat kalau fermentasinya berhasil.
Contoh:
Komposisi pakan seperti di atas, kalau dedak padinya 20%, biaya per kg nya menjadi 4800. Kalau dedak padinya 30%, biaya per kgnya menjadi 4600.
Akan tetapi tetap dihitung kembali jumlah kandungan nutrisi ransumnya. Karena komposisinya berubah, kandungan nutrisi ransumnya juga berubah.
Cara menghitungnya bisa lihat di artikel ini. Di situ ada cara menghitung nilai nutrisi ransum.
Mengenai dedak padi fermentasi yang digunakan sebagai pakan ayam petelur ini, ada penelitiannya.
Dedak padi untuk ayam petelur
Salah satu manfaat dari dedak padi yang difermentasi adalah mengurangi kandungan anti nutrisinya.
Anti nutrisi dalam dedak padi salah satunya adalah fitat. Fitat ini bisa mengikat mineral, seperti mineral fosfor misalnya.
Selain mengikat mineral, fitat ini juga bisa mengikat protein sehingga protein dalam pakan menjadi sulit dicerna.
Kalau ransum sulit dicerna, maka ayam petelur juga akan kekurangan gizi.
Jika sudah kekurangan gizi, maka produksi telur bisa menurun.
Untuk itu, dilakukan sebuah penelitian untuk memfermentasi dedak padi ini. Setelah difermentasi, harapannya kandungan antinutrisinya bisa menurun.
Kalau antinutrisinya berkurang, penggunaannya dalam ransum bisa lebih banyak.
Jika sudah bisa digunakan lebih banyak, dan produksi telur tetap normal, maka bisa lebih hemat.
Cara fermentasinya kali ini menggunakan bakteri aspergillus ficuum. Caranya sudah pernah saya tulis di artikel ini.
Di artikel tersebut memang ada beberapa cara untuk fermentasi dedak padi.
Nanti lebih difokuskan pada yang bagian dengan aspergillus ficummnya. Karena itu yang menjadi topik pada artikel ini.
Setelah membaca cara fermentasi dedak padinya, sekarang kita lanjut ke penelitiannya.
Penelitian ini dilakukan pada ayam petelur usia 24 minggu. Jadi sudah mulai produksi telur. Dan, ayam petelur ini diamati selama 20 minggu atau 5 bulan.
Cukup lama bukan?
Dedak padi hasil fermentasi yang digunakan ada yang 10%, 20%, 30% dan 40%. Sebenarnya ada yang sampai 50%, tapi produksinya sudah tidak bagus.[1]
Jadi, saya hanya tulis yang sampai 40% saja.
Langsung saja hasilnya adalah sebagai berikut.
Bisa dilihat hasilnya pada tabel di atas.
Semakin banyak jumlah dedak padi fermentasi, produksi telur semakin menurun.
Meskipun semua produksi telurnya di atas 80%, tapi melihat angkanya ada kecenderungan untuk selalu menurun.
Ini dilakukan hanya selama penelitian, yaitu selama 5 bulan. Bagaimana kalau lebih lama? Kita belum tahu. Bisa jadi produksinya tetap stabil atau bahkan lebih buruk.
Amannya, kita pakai dedak padi sebanyak 20% saja. Ini sudah lebih banyak 5% dari yang direkomendasikan pabrikan.
OLEH
OLEH
Referensi
[1] Siti Wahyuni H.S. 1995. Biokonversi Dedak Padi Oleh Kapang Aspergillus Ficuum Sebagai upaya menurunkan kadar fitat dan pengaruhnya terhadap kinerja ayam petelur. Program Pasca Sarjana IPB Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar