Dalam sistem kandang tertutup, ventilasi berperan penting sebagai sarana sirkulasi pertukaran udara.
Penggunaan kandang tertutup (closed house) pada broiler memberikan dua keuntungan sekaligus, yaitu teknis dan ekonomis. Faktor teknis mencakup penciptaan kondisi lingkungan dalam kandang yang nyaman bagi ayam sehingga ia tumbuh maksimal mencapai potensi genetiknya dan berkualitas prima. Sementara faktor ekonomi, pemanfaatan kandang tertutup memungkinkan populasi lebih tinggi dalam luasan yang sama sehingga biaya produksi per ekor berkurang. Daya saing pun meningkat.
Praktisi perunggasan Jose Rizal Suhaimi mengungkapkan, closed house bisa dibilang solusi dalam pemeliharaan ternak, terutama terhadap suhu yang tak tentu di Indonesia. “Apalagi dengan adanya global warming, itu panas sekali. Ayam akan berhenti makan kalau merasa cukup hangat. Padahal makanan sangat dibutuhkan ayam dalam menghasilkan energi,” ujarnya saat ditemui AGRINA di Bogor, Rabu (22/2).
Ketika ayam makan dengan kondisi yang terlalu panas, panas tubuhnya juga akan naik. Sedangkan ayam tidak mempunyai kelenjar keringat sehingga pertumbuhan bobot badannya tidak mencapai target.
Tukar Udara
Closed house memiliki konsep dasar pertukaran udara, yaitu mengeluarkan gas-gas berbahaya yang tidak dibutuhkan ke luar kandang dan menyediakan oksigen (udara yang sehat) sebanyak mungkin di dalam kandang. Selain menyediakan udara segar untuk bernapas, closed house juga memberi lingkungan yang ideal dan nyaman dengan cara mengeluarkan panas dari kandang, menurunkan suhu udara, dan mengatur kelembapan.
Jose memaparkan, di dalam kandang terdapat gas yang tidak dibutuhkan ayam. Keberadaan gas itulah yang menurutnya harus diganti. Prinsip kandang tertutup, tambahnya, mengganti semua udara dalam kandang tiap menit.
Sistem dan tata laksana pemeliharaan ayam berhubungan dengan iklim tropis yang terdapat di Indonesia. Tatalaksana yang kurang tepat bisa membuat gas amonia (NH3) yang dihasilkan dari proses perombakan feses secara kimiawi sangatlah tinggi. Di samping amonia, di dalam kandang terdapat gas karbon dioksida (CO2) hasil dari proses pernapasan ayam itu sendiri dan karbon monoksida (CO) hasil pembakaran pada masa brooding. “Ayam butuh pemanas (penghangat) saat masa brooding, pemanasan itu dari pembakaran. Pembakaran inilah yang menghasilkan CO,” jelas alumni IPB ini.
Gas-gas yang tidak dibutuhkan ayam tersebut harus dibuang dari dalam kandang dan diganti oksigen karena bisa memicu gangguan pernapasan dan situasi tidak nyaman pada ayam. Dalam industri ayam, Jose mengibaratkan, bibit ayam (Day-old Chick) sebagai mesin produksi. Kemudian, bahan bakunya pakan, dan yang menjadi bahan bakar adalah oksigen.
Oksigen dibutuhkan untuk proses metabolisme ayam. Jika ketersediaan oksigen tidak cukup, maka metabolismenya pun kurang baik. Akhirnya pertumbuhan tidak berjalan dengan baik. “Tidak ada oksigen, tidak ada metabolisme, tidak ada pertumbuhan di sana. Hasilnya berpengaruh kepada daging ayam,” tegasnya.
Pilih Kipas yang Sesuai
Keberadaan kipas dalam sistem kandang tertutup dinilai sangat esensial untuk kelangsungan hidup ayam karena fungsinya mengatur pertukaran udara. Dengan adanya pertukaran udara, jumlah gas yang berbahaya bagi kesehatan unggas di dalam kandang dapat diminimalkan. Seluruh udara kotor tadi digantikan dengan udara segar dalam 45-50 detik. Agar udara selalu berganti, perlu perhitungan yang tepat dalam menentukan jumlah kipas.
Dalam kandang tertutup, suplai oksigen berasal dari ventilasi. Dengan ventilasi itu, oksigen masuk kemudian menciptakan angin di dalam kandang tersebut.
Lain halnya Heri, Direktur Operasional PT Kolowa Ventilation, distributor kipas asal Taiwan di Jakarta ini, mengutarakan, sistem sirkulasi udara yang baik sangat menentukan apakah suatu bangunan terasa nyaman atau tidak. Ventilasi berhubungan dengan sistem sirkulasi, pemilihan sistem dan cara perhitungan kapasitas yang benar akan sangat menentukan seberapa efektif sistem ventilasi udara.
Senada dengan Jose, dalam menentukan jumlah kipas, sarjana komputer ini menjabarkan, “Kita harus tahu dulu berapa kira-kira volume ruangan, nanti dibagi kapasitas kipasnya. Setelah itu kita dapat berapa unit perkiraan kipas yang dibutuhkan,” ulasnya.
Selain mengatur pertukaran udara, kipas dapat difungsikan untuk mengatur kelembapan udara dan temperatur. Pertukaran udara di dalam kandang turut mempengaruhi perubahan kelembapan dan temperatur karena udara merupakan media penghantar dua hal tersebut. Karena itulah uap air dan panas dapat dikeluarkan bersamaan dengan pengeluaran udara kotor dari dalam kandang.
Heri menyediakan dua ukuran kipas untuk pabrik. Satu berukuran 146 cm x 146 cm (146) dan 114 cm x 114 cm. Namun, ia merekomendasikan pemakaian ukuran 146 karena sirkulasi lebih terasa dan kapasitasnya lebih besar, yakni 45.000 CMH.
Lulusan Universitas Bunda Mulia, Jakarta, ini, menyarankan peternak memilih kipas berbahan fiber karena tidak dipusingkan dengan kendala karat. Di samping itu, pilih kipas yang tidak mengeluarkan suara terlalu bising. “Karena suara bising kan kadang mempengaruhi hewan, bisa stres juga nanti,” tandasnya.
Heri menambahkan, pada bagian exhaust (pengeluaran) yang dipasang dalam peternakan sebaiknya diberi tambahan busa saringan ikan (kipas saring akuarium)untuk menyaring udara kotor yang masuk.
Kipas yang baik, sebut Jose, mempunyai efisiensi yang tinggi. Maksudnya, dalam 1.000 m3 udara yang ditarik, butuh daya listrik (watt) rendah. Atau kapasitas udaranya masih tinggi dan masih baik pada tekanan tertentu karena ada beban atau tekanan saat kipas bekerja dalam kandang.
Ventilasi Tunnel
Kandang di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia paling cocok dipasangi sistem ventilasi tunnel (terowongan). Di Indonesia, sistem tunnel cocok diterapkan di dataran tinggi karena udara relatif bersih dan sejuk. “Kalau di Eropa mau pakai sistem tunnel tidak cocok lantaran sudah dingin, nanti ayamnya tambah kedinginan,” kata Jose.
Pertimbangannya, kecepatan udara berbanding terbalik dengan luas permukaan. Semakin besar permukaan kandang, maka semakin pelan kecepatan udaranya. Musim hujan seperti saat ini, faktor kelembapan udara sangat perlu diperhatikan. Apabila kelembapan tinggi, Jose menyarankan untuk mempercepat pergerakan angin dalam kandang.
Penambahan cooling pad pada sistem tunnel, ulasnya, merupakan pilihan tambahan. Cooling pad biasa digunakan pada kandang di dataran tinggi. “Cooling pad menurunkan temperatur udara yang masuk, nantinya udara yang masuk akan memberi efek chilling pada ayam,” tambahnya.
Pun dinyatakan oleh Heri, penambahan cooling pad dapat menurunkan panas. Namun cooling pad perlu dialiri air terus menerus. Jose merinci, cooling pad diberi perlakuan tertentu agar tahan terhadap air dan agak lembap. “Air dilewatkan di media yang lembap tadi, temperatur udara jadi turun,” detailnya.
Tidak semua closed house memerlukan cooling pad karena cooling pad bisa juga memberikan efek negatif. Kelembapan udara akan naik seiring dengan mengalirnya air. Air yang dialirkan ke dalam cooling pad akan menguap terbawa angin, dan menyebar ke dalam kandang sehingga membentuk kelembabannya tinggi. “Secara teori, tiap 3oC penurunan suhu, kelembapan udara naik 10oC. Ketika kelembapan naik, buat apa suhu tinggi. Ibarat dingin tapi dikasih angin lagi, bisa-bisa indeks stresnya ikut naik,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar